Flight Accident, Salah Siapa?

INILAMPUNG.Com--Mencermati  crash accident pesawat Boeing 777 nomer penerbangan 204 milik Asiana Airlines rute Soul - San Francisco, Sabtu 6 Juli 2013 yang lalu, mungkin pikiran kita akan  teringat lagi dengan kasus kecelakaan pesawat yang terjadi di Indonesia beberapa bulan silam.

Pesawat Boeing 777 milik Asiana Airlines yang membawa 307 penumpang dan 16 kru ini tergolong “baru”, karena dibeli pada tahun 2006, dan sebelum terbang diyakini tidak ada masalah pada engine.

Namun naas tidak bisa ditolak, pada pukul 11:29 saat pesawat touch down ke landasan, entah mengapa bagian ekor membentur landasan dengan keras, dalam hitungan detik pesawat terbakar. 

Masih untung sebagian penumpang mampu berlari menjauhi pesawat naas ini sebelum api membakar lebih besar.  Petugas penyelamat mengatakan,  sebanyak 123 penumpang dalam keadaan selamat dan 181 lainnya dilarikan ke rumah sakit.  Dalam insiden ini 2 penumpang asal Cina dinyatakan meninggal dunia di lokasi kejadian.


Sekilas Dunia Penerbangan

Dalam setiap operasional penerbangan, para awak pesawat dituntut zero error, artinya tidak ada satu kesalahanpun yang ditolerir.  Menerbangkan pesawat komersial yang berisi penumpang sangat berbeda dengan menerbangkan pesawat tempur.  Struktur dan bahan baku pembangun pesawat  mempengaruhi ketahanan pesawat dalam menghadapi tekanan magnet bumi, dalam istilah fisikanya adalah G-Force.

Dua jenis gaya “G” adalah G positif (saat pesawat menukik) dan G postifit (saat pesawat menanjak).
Manuver pesawat tempur biasanya sangat ekstrem dan berbeda dengan manuver pesawat komersial.  Ada pesawat tempur yang mampu bermanuver dengan menderita tekanan sebesar 10G, dan sang pilot dilatih untuk menghadapi tekanan mulai 4G

Berikut ini tabel akibat tekanan G-Force yang diderita tubuh

4G : Pandangan seperti  keabu-abuan (Grey-Out)
5G: Pandangan seperti  kehitaman (Black-out)
6G: Manusia tidak sadarkan diri

G-Suite Untuk Pilot
Efek tekanan G-Force ini dikarenakan aliran darah mengalir terlalu cepat ke otak, sehingga menganggu kesadaran manusia.  Dalam dunia penerbangan militer, biasanya penerbang akan dilengkapi dengan pakaian khusus  yaitu G-Suite yang mampu menahan tekanan  G-Force ini, dengan cara memberi penahan di betis sehingga darah tidak cepat mengalir ke kaki.

Selain itu ada training untuk pilot pesawat tempur yang dinamakan G-Stunning, yaitu mengontraksi bagian tubuh tertentu dengan harapan memperlambat aliran darah, sehingga effek G-Force yang dirasakan tubuh tidak terlalu membahayakan.



Dalam tulisan diatas, kita memahami seorang penerbang pesawat tempur  dilatih sedemikian rupa menghadapi segala sesuatu di udara,  pertanyaan kita adalah: bagaimana dengan penerbanganan komersial?


Sekilas Sejarah Penerbangan Komersial

Hidenburg
Th 1901
Perkembangan pesawat penumpang sipil diawali oleh balon udara panas dan zeppelin.  Zeppelin disebut pesawat penumpang sejati karena mampu mengangkut penumpang dan dapat dikendalikan selayaknya pesawat terbang.

Ia pertama kali digunakan sebagai pesawat penumpang pada 1909 oleh maskapai penerbangan pertama, Deutsche Luftschiffahrts-AG (DELAG) (Jerman).   Pada masa keemasannya, diselenggarakan penerbangan transatlantik meskipun diperlukan waktu penerbangan beberapa hari.

Hindenburg,  salah satu pesawat Zeppelin,  dilengkapi dengan kabin kamar,  ruang cafetaria yang dilengkapi dengan piano,  dan sarana-sarana lain yang menunjang kenyamanan penumpang meskipun tarif yang dikenakan sangat mahal.  Kecelakaan Hindenburg pada tahun 1937 dianggap sebagai era berakhirnya pesawat terbang Zeppelin.


Th 1918
Berakhirnya Perang Dunia I justru malah membuat era penerbangan sipil tumbuh dan berkembang pesat. Larangan terhadap Jerman untuk mengembangkan industri pesawat militernya rupanya tidak diikuti pembatasan terhadap penerbangan sipil, sehingga dalam waktu singkat muncullah pesawat pesawat sipil yang diproduksi, misalnya tipe Junker.

Pembuatan pesawat baru ini memicu  berdirinya perusahaan penerbangan komersial  Lufthansa,   yang diikuti dengan perusahaan penerbangan lain yakni KLM dan dari berbagai negara di Eropa maupun Amerika.

Berbagai inovasi dilakukan pada pesawat sipil untuk kenyamanan penumpang,  antara lain televisi dan radio , interior yang mewah,  serta fasilitas dapur dan toilet udara. 
Diadakannya penerbangan perintis jarak jauh mewarnai era ini seperti penerbangan dari Amsterdam-Batavia, London-Sydney, dan penerbangan keliling dunia lainnya.




Th 1945 (Era Pesawat Jet)
Boeing 707 American Airlines
Pabrik pesawat Amerika Serikat,  Boeing  membuat pesawat jet.   Pesawat jet pertama yang dibuatadalah Boeing 707.  Pabrik ini lalu membuat Boeing 747,  yang merupakan pesawat jumbo jet  terbesar kedua yang beroperasi secara komersial sekarang,  setelah Airbus A380.

Dengan adanya pesawat berukuran jumbo, biaya tiket dapat dipangkas arena pesawat mampu mengangkut 300 lebih penumpang ke tujuan dalam satu kali pemberangkatan

Selain Boeing 747, muncul pula DC 10 dari Douglas Company,  yang akhirnya dilebur menjadi McDonnel Douglas dan akhirnya diakuisisi Boeing pada tahun 1998.

Penyempurnaan-penyempurnaan pada masa ini melahirkan konsep FFCC  (Forward Facing Crew Cocpit) yang dirintis Airbus dengan Garuda Indonesia sebagai operator pertama yang disempurnakan menjadi glass cockpit pada era menjelang abad ke-21,  semuanya menjadi serba mudah dan otomatis untuk menerbangkan pesawat sebesar apa pun.  Muncullah Superjumbo A 380, yang juga mewarnai perkembangan pesawat penumpang pada masa ini


Pembaca inilampung.com,
Sejarah penerbangan komersial diatas sebenarnya juga dikotori oleh berbagai kecelakan dalam penerbangan.  Penyebab kecelakaan tersebut beragam, mulai dari human error, metal error, engine error sampai dengan masalah cuaca. 

Sekilas Kecelakaan Pesawat Concorde

Concorde Nomer Penerbangan AF4590
Setelah lepas landas dari tanah, terlihat mesin nomor 2 terbakar pada AF 4590, menara pengawas baru memberitahukan kepada pilot tentang adanya api yang besar keluar dari mesin pesawat setelah 56 detik mengudara. Tetapi pilot sudah tidak bisa berbuat apa-apa, mengingat pada saat baru lepas landas, semua mesin bekerja dalam keadaan maksimal.

Pilot berencana untuk mendarat darurat di bandara alternatif , yaitu Bandar Udara Le Bourget setelah mencapai ketinggian tertentu, namun pesawat tersebut sudah tidak dapat bertahan oleh besarnya kobaran api, dikarenakan alat pengendali pesawat (seperti elevator dan sebagian sayap) terbakar sehingga tidak berfungsi.

Concorde Air France AF 4590 jatuh pada sebuah hotel dekat dengan pompa bensin di daerah Gonesse, dekat Paris , sekitar 2700 meter dari bandara, mengakibatkan semua penumpang dan awak pesawat tewas.

Runtuhan Concorde AF 4590
Setelah dilakukan penyelidikan, penyebabnya adalah ban pesawat pecah karena melindas potongan besi sepanjang 30cm.  Potongan besi itu terjatuh dari pesawat yang lepas landas sebelumnya.  Setelah ban pecah, serpihan karet  membentur tangki bahan bakar dan  alat kelistrikan sehingga menimbulkan api.
Akibat insiden itu Air France men-grounded semua pesawat Concorde.




Catatan Kelam Penerbangan di Indonesia

Deretan kisah memilukan kecelakaan pesawat di tanah airpun semakin memperpanjang catatan kelam sejarah penerbangan.  Berikut ini catatan kelam sejarah penerbangan di Indonesia.

1967
16 Februari: Garuda Indonesia Penerbangan 708 jurusan Makassar - Manado kecelakaan saat mendarat di Bandar Udara Sam Ratulangi. 22 penumpang tewas dan 70 penumpang selamat.


1975
24 September: Garuda Indonesia Penerbangan 150 jurusan Jakarta - Palembang kecelakaan di tengah cuaca buruk. 25 penumpang tewas termasuk 1 di darat dan 36 penumpang selamat.

1987
4 April: Garuda Indonesia Penerbangan 035 jurusan Banda Aceh - Medan kecelakaan saat mendarat di Bandar Udara Polonia. 23 penumpang tewas dan 22 penumpang lainnya selamat.

1992
18 Oktober: Merpati Nusantara Airlines Penerbangan 5601 jurusan Semarang - Bandung jatuh di Gunung Papandayan. Seluruh 31 penumpang dan awak pesawat tewas.

1995
10 Januari: Merpati Nusantara Airlines Penerbangan 6715 jurusan Bima - Ruteng jatuh di dekat pulau Flores. Seluruh 10 penumpang dan 4 awak pesawat tewas.

1997
26 September: Garuda Indonesia Penerbangan 152 jurusan Jakarta - Medan jatuh di desa Buah Nabar, dekat Medan, Sumatera Utara. Seluruh 234 penumpang dan awak pesawat tewas.

19 Desember: SilkAir Penerbangan 185 jurusan Jakarta - Singapura jatuh di Sungai Musi, Palembang. Seluruh 104 penumpang dan awak pesawat tewas.

2002
16 Januari: Garuda Indonesia Penerbangan 421 jurusan Mataram - Yogyakarta mendarat darurat di Bengawan Solo. 1 pramugari tewas, 59 orang selamat.

2004
30 November: Lion Air Penerbangan 538 jurusan Jakarta - Surakarta tergelincir saat mendarat di Bandar Udara Adisumarmo. 26 penumpang tewas dan 142 penumpang luka-luka.

2005
5 September: Pesawat Boeing 737-200 Mandala Airlines Penerbangan RI 091 gagal take off dari Bandara Polonia Medan dalam penerbangan menuju Jakarta, lalu menerobos pagar bandara dan menabrak perumahan penduduk dan masyarakat di Jl. Jamin Ginting Medan. Dari 117 orang penumpang dan awak, hanya 17 yang selamat. Korban dari masyarakat di darat, 41 orang dinyatakan tewas.

2007
1 Januari: Adam Air Penerbangan 574 jurusan Surabaya - Manado jatuh di Selat Makassar di kedalaman lebih dari 2.000 meter. Seluruh 102 penumpang dan awak pesawat tewas.

7 Maret: Garuda Indonesia Penerbangan 200 jurusan Jakarta - Yogyakarta tergelincir saat mendarat di Bandar Udara Adisucipto. 22 penumpang tewas dan 118 penumpang selamat
2009
2 Agustus: Merpati Nusantara Airlines Penerbangan 9760 jurusan Jayapura - Oksibil menabrak gunung. Seluruh 15 penumpang dan awak pesawat tewas.

2010
13 April: Merpati Nusantara Airlines Penerbangan 836 jurusan Sorong - Manokwari tergelincir saat mendarat di Bandar Udara Rendani. Seluruh 109 penumpang dan awak pesawat selamat. Sebanyak 44 penumpang mengalami luka-luka.

2011
7 Mei: Merpati Nusantara Airlines Penerbangan 8968 jatuh di perairan dekat Bandar Udara Utarom, Kaimana, Papua Barat. Seluruh 25 penumpang dan awak pesawat tewas.

29 September: Nusantara Buana Air Penerbangan 823 jatuh di Langkat, Sumatera Utara. Seluruh 18 penumpang dan awak pesawat tewas.
2012
9 Mei: Sukhoi Superjet 100 menabrak gunung salak. Seluruh 45 penumpang dan awak pesawat tewas.

2013
13 April - Lion Air Penerbangan 904 tergelincir saat mendarat di Bandar Udara Ngurah Rai, Bali. Seluruh 108 penumpang dan awak pesawat selamat. Sebanyak 45 orang mengalami luka-luka


Pembaca inilampung.com
Setelah membaca tulisan diatas, kita akan berpikir bahwa penerbangan adalah sebuah perjalanan mahal yang berbahaya.  Sedikit kesalahan akan berakibat fatal.  Faktor yang menyebabkan kesalahan prosedur yang mengakibatkan kecelakaan fatal biasanya adalah faktor human error, engine error, maupun cuaca buruk.

Setiap terjadi kecelakaan penerbangan, pasti memakan korban yang tidak sedikit, dan paling parah adalah semua awak pesawat dan  penumpang meninggal dunia, bahkan tidak diketemukan lokasi runtuhannya. (baca kisah Penerbangan 574 Adam Air)

Selain faktor cuaca, sebenarnya manusia bisa meminimalisir resiko dengan memperketat standar operasional prosedur sehingga terlepas dari belenggu human error dan engine error.   Berbagai regulasi telah dikeluarkan oleh instansi yang berwenang dengan tujuan meningkatkan safety dalam penerbangan.

Namun begitu,  banyak point-point regulasi yang dilanggar baik oleh maskapai penerbangan maupun individu sang Pilot sendiri.  Faktor penumpang yang tidak tertib juga sering memicu ketegangan psikologis penerbangan.

Delay keberangkatan pesawat yang berlebihan,  mengakibatkan ngamuknya penumpang, kadang meningkatkan stress awak pesawat.  Tak heran hal ini memicu masalah baru, semisal munculnya kasus Pilot yang memakai narkoba.

Faktor usia pesawat juga sering menjadi faktor vital penyebab kecelakaan penerbangan.  Tercatat Pesawat Adam Air penerbangan 574 jurusan Surabaya - Menado jatuh ke laut dipicu oleh gangguan alat navigasi pesawat, sehingga konsentrasi kedua Penerbang menjadi terganggu, hal itu menyebabkan keduanya tidak memperhatikan jalur penerbangan pesawat.

Di Indonesia, ketentuan usia pesawat yang aman terbang berkisar 20th, namun ada maskapai yang masih mengoperasikan pesawat berusia 21 tahun.  Berikut ini data usia pesawat yang beroperasi di Indonesia.

Data usia pesawat per Juni 2012






Pembaca inilampung.com
Kita sebagai konsumen layanan penerbangan komersial, hendaknya bijaksana dalam menentukan pilihan dalam menggunakan maskapai tertentu.  Jangan karena alasan murah, namun mengabaikan faktor yang lebih besar, yaitu keselamatan.

Flight Safety  juga bisa kita bangun melalui sikap "taat aturan" yang sudah ditetapkan oleh masing-masing maskapai penerbangan.  Jangan karena anda seorang pejabat, sehingga keberangkatan pesawat harus terganggu gara-gara menunggu anda terlambat datang ke bandara.  Atau mungkin anda marah-marah saat ditegor Pramugari karena ternyata anda masih menggunakan handphone di dalam kabin pesawat.

Setelah kita bijaksana dalam memilih maskapai profesional, dan bersikap taat pada aturan yang ditetapkan,  maka faktor terakhir adalah pasrah dan berdoa,  karena hanya itu yang bisa kita lakukan di dalam pesawat.





*dirangkum dari berbagai sumber
(*iL-By)

Baca Juga :

Share on :

0 komentar for Flight Accident, Salah Siapa?

Leave comment

More on this category »

:: JADWAL IMSAKIYAH LAMPUNG ::

2013 inilampungdotcom. All Rights Reserved. - Designed by xDesign