Gempa oh Gempa, Mengapa Tidak Terdeteksi Sebelumnya?


INILAMPUNG.Com.  Mencermati fenomena alam beberapa minggu terakhir, telah terjadi gempa di Pulau Sumatera.  Gempa terbesar pertama di tahun 2013 terjadi kemarin Selasa (2/7/2013).  Gempa dengan magnitudo 6,2SR  ini mengakibatkan korban 22 orang tewas, 210 luka-luka, dan ribuan bangunan rusak.

Gempa kedua Pulau Sumatera berpusat pada 149 Km Tenggara Kep. Mentawai, tepatnya 230 arah Barat Laut Bengkulu.  Gempa berkekuatan 6,1 SR ini meski tidak menimbulkan korban jiwa, namun sempat membuat masyarakat panik dan berlarian keluar rumah.

Mungkin dalam benak kita terbersit pertanyaan, mengapa kecanggihan teknologi tidak mampu meramalkan gempa yang akan terjadi?  Bukankah sudah diciptakan bermacam perangkat canggih untuk mendeteksi gempa? Namun serasa kita masih kecolongan dengan gempa.  Dari artikel dibawah ini kita akan sedikit belajar mengenal gempa bumi. 

Jenis Gempa

Pembaca inilampung.com,
Ilmuwan menglasifikasikan gempa dalam beberapa jenis menurut sumber/penyebabnya, berikut ini jenis-jenis gempa tersebut.

1. Gempa Tektonik
Gempa ini disebabkan karena bergeraknya lempeng-lempeng atau kerak bumi. Tiap tiap lapisan memiliki kekerasan dan massa jenis yang berbeda satu sama lain. Lapisan kulit bumi tersebut mengalami pergeseran akibat arus konveksi yang terjadi di dalam bumi. Karena gesekan antar lempengan ini menyebabkan gempa, ini yang paling sering terjadi selama ini.

2. Gempa Vulkanik
Sesuai dengan namanya gempa vulkanik atau gempa gunung api merupakan peristiwa gempa bumi yang disebabkan oleh gerakan atau aktifitas magma dalam gunung berapi. Gempa ini dapat terjadi sebelum dan saat letusan gunung api. Getarannya kadang-kadang dapat dirasakan oleh manusia dan hewan sekitar gunung berapi itu berada. Perkiraaan meletusnya gunung berapi salah satunya ditandai dengan sering terjadinya getaran-getaran gempa vulkanik.

3. Gempa Runtuhan
Gempa runtuhan atau terban merupakan gempa bumi yang terjadi karena adanya runtuhan tanah atau batuan. Lereng gunung atau pantai yang curam memiliki energi potensial yang besar untuk runtuh, juga terjadi di kawasan tambang akibat runtuhnya dinding atau terowongan pada tambang-tambang bawah tanah sehingga dapat menimbulkan getaran di sekitar daerah runtuhan, namun dampaknya tidak begitu membahayakan. Justru dampak yang berbahaya adalah akibat timbunan batuan atau tanah longsor itu sendiri.


4. Gempa Jatuhan
Bumi merupakan salah satu planet yang ada dalam susunan tata surya. Dalam tata surya kita terdapat ribuan meteor atau batuan yang bertebaran mengelilingi orbit bumi. Sewaktu-waktu meteor tersebut jatuh ke atmosfir bumi dan kadang-kadang sampai ke permukaan bumi. Meteor yang jatuh ini akan menimbulkan getaran bumi jika massa meteor cukup besar. Getaran ini disebut gempa jatuhan, namun gempa ini jarang sekali terjadi. kawah terletak dekat Flagstaff, Arizona, sepanjang 1,13 km akibat kejatuhan meteorite 50.000 tahun yang lalu dengan diameter 50 m.


5. Gempa Buatan
Suatu percobaan peledakan nuklir bawah tanah atau laut dapat menimbulkan getaran bumi yang dapat tercatat oleh seismograph seluruh permukaan bumi tergantung dengan kekuatan ledakan, sedangkan ledakan dinamit di bawah permukaan bumi juga dapat menimbulkan getaran namun efek getarannya sangat lokal.

Salah satu manfaat getaran gempa buatan ini adalah pemnfaatannya dalam eksplorasi minyak  dengan teknik yang disebut seismik eksplorasi.



Klasifikasi Gempa Berdasarkan  Kekuatannya

Berdasarkan kekuatannya atau magnitude (M), gempabumi dapat dibedakan atas :

    0.0-3.0 : gempa micro
    3.0-3.9 : gempa minor
    4.0-4.9 : gempa ringan
    5.0-5.9 : gempa sedang
    6.0-6.9 : gempa kuat
    7.0-7.9 : gempa mayor
    8.0 and greater : gempa kuat

Dari artikel diatas, kita dapat membedakan klasifikasi gempa yang terjadi di Pulau Sumatera beberapa hari yang lalu. Nah pertanyaan diatas belum terjawab, mengapa gempa tidak dapat diprediksi sebelumnya, meski sudah dipasang ribuan sensor?

Perhatikan bambar dibawah ini.
Studi mengenai kegempaan telah memodelkan gempa melalui analogi "gerbong lokomotif" yang saling berkaitan.   Masing-masing gerbong memiliki karakteristik sendiri.

Gerbong-gerbong "gempa" dibawah ini bergerak andaikata penahan/tanah dibawahnya tidak kuat menahannya, sehingga menimbulkan energi potensial yang mampu menggerakkannya.

Gerbong "gempa" ini bergerak dengan begitu menimbulkan reaksi berantai pada gerbong dibelakangnya, yaitu merentangkan "pegas" pengait gerbong dibelakangnya.

Jika teliti mencatat kejadian gempa yang lalu, kita akan menemukan fakta,  bahwa gempa yang satu sering terpicu dengan gempa yang lain.  Fakta ini bisa kita dapatkan jika kita memiliki skema "patahan" atau peta geologi kerak bumi.  Dari peta tersebut, kita akan menemukan gambaran patahan-patahan kerak bumi yang bergerak, hal itu disebut patahan aktif.


Patahan Sumatera


Di Pulau Sumatera para peneliti menemukan fakta bahwa terdapat patahan-patahan aktif  yang sudah bergerak sejak ribuan tahun lalu yaitu saat terbentuknya kepulauan Indonesia akibat adanya tumbukan tiga lempeng besar dunia sekitar 45,6 juta tahun yang lalu, yaitu  Lempeng Samudera Hindia-Australia yang bergerak relatif ke utara, lempeng Benua Eurasia yang bergerak keselatan dan Lempeng Samudera Pasifik yang bergerak ke Barat.

Tumbukan tiga lempeng besar di Pulau Sumatera mengakibatkan munculnya Bukit Barisan yang posisinya terdapat di sepanjang patahan.

Oleh karena itu sepanjang Bukit Barisan terdapat lembah yang lurus dan memanjang, lembah-lembah ini merupakan zona lemah Patahan Besar Sumatera, di mana kulit bumi mengalami retakan, dan satu sisi dengan sisi lainnya bergerak horizontal.


Studi mengenai pergerakan kerak bumi khususnya di Pulau Sumatera memberi faedah kepada kita, yaitu terbukanya fakta bahwa sebenarnya kita hidup di wilayah rawan gempa, artinya tanah tempat kita berdiri selalu bergerak.

Tumbukan antar lempengan  kerak bumi kadang berkekuatan lemah dan kadang berkekuatan besar, sehingga kita merasakan sebagai gempa.  Namun sejatinya kerak-kerak bumi terus bergerak, dan adakalanya kita tidak merasakan efeknya, karena getaran akibat  tumbukannya tidak terlalu besar, sehingga hanya mampu terdeteksi oleh mesin sensor.

Kesimpulan

Sampai saat ini Ilmuwan baru mampu memetakan gambar sesar-sesar yang bergerak dan memiliki data arah gerakannya, namun belum mampu mendeteksi secara pasti kejadian gempa yang akan terjadi.

Meskipun belum mampu meramalkan kejadian gempa, namun dari data gempa dan peta patahan, para Ilmuwan mampu memberi peringatan dini kepada masyarakat yang hidup disepanjang patahan tersebut.

Bagi masyarakat awam,  kita hanya bisa bersikap waspada dan melatih diri menghadapi situasi darurat yang bisa terjadi sewaktu-waktu.  Dengan melatih diri,  kita mampu tetap berpikir cerdik saat kejadian gempa besar menimpa, sehingga meminimalkan korban jiwa.

Yang patut dicatat adalah, manusia yang hidup disepanjang Pulau Sumatera berdiri di tanah yang labil karena  terus bergerak sepanjang waktu, sehingga sikap waspada dan sadar bencana gempa harus dimiliki oleh setiap orang.









*dirangkum dari berbagai sumber
(*iL-By)



Baca Juga :

  1. Siapa Berani Coret Berlian Tihang dari Daftar Cagub
  2. Korupsi Mobil Dinas Bupati, Belum Berakhir
  3. Dana Pilgub, Gubernur Lempar Bola ke Pusat
  4. Polemik FPI - SBY Semakin Liar
  5. Flight Accident, Salah Siapa?
  6. Gempa oh Gempa, Mengapa Tidak Terdeteksi Sebelumnya?
  7. Oppo Find 7, Smartphone Canggih Pesaing Galaxy S4
  8. Blackberry Z10 Ponsel Cerdas Penunjang Aktivitas
  9. Guru Besar Unila Berpulang
Share on :

0 komentar for Gempa oh Gempa, Mengapa Tidak Terdeteksi Sebelumnya?

Leave comment

berita terkini

:: JADWAL IMSAKIYAH LAMPUNG ::

2013 inilampungdotcom. All Rights Reserved. - Designed by xDesign